Dr Riyan, M.Ag
Hal pertama yang penting untuk diingatkan kepada pemimpin baru Indonesia adalah bahwa jabatan adalah amanah. Jabatan, sebagaimana sabda Nabi SAW, bisa membuat seseorang terhina dan menyesal di akhirat karena dia tidak mengembannya dengan amanah sesuai ketentuan Islam.
Kedua, bahwa ketika mereka memimpin harus meneladani Rasul SAW, sebagai uswah hasanah, dalam semua aspek termasuk kepemimpinan. Karena kepemimpinan yang dilaksanakan beliau, adalah sebaik-baiknya kepemimpinan yang menghasilkan kesuksesan dan keberkahan dunia dan akhirat, memberikan rahmat kepada semesta alam. Ini pula yang dilaksanakan para sahabat mulia, yang menjadi khalifah menggantikan estafeta kepemimpinan Islam.
Jangan Tersandera Masa Lalu
Pemerintah baru akan banyak pekerjaan rumah dari rezim lama yang harus segera ditangani. Tetapi harus disadari bahwa membutuhkan visi dan kesungguhan untuk merealisasikannya.
Pertama, harus disadari akar dari berbagai kerusakan (fasad) di negeri ini adalah karena ditetapkan sistem sekuler-kapitalisme-demokrasi. Sehingga harus ada keberanian untuk melakukan perubahan yang mendasar-fundamental. Tidak sekadar perubahan yang tambal sulam dan pergantian orang semata.
Kedua, maka rezim baru kalau mau melakukan perubahan yang mendasar harus berani melakukan hard-breakthrough (terobosan yang fundamental). Diantaranya adalah (1) mengubah dasar tata kelola pemerintahan dengan dilandaskan kepada Aqidah Islamiyah. Sehingga seluruh konstitusi dan perundang-undangannya harus sejalan dengan syariah Islam.
(2) Mengganti APBN yang kapitalistik menjadi APBN syariah. Ditandai secara moneter dengan mengganti mata uang kertas ke mata uang dinar emas dan dirham perak. Secara fiskal tidak lagi membebani rakyat dengan pajak tapi dengan pengelolaan kepemilikan umum (diantaranya tambang) oleh negara dan dikembalikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Riba dihapuskan dan tidak lagi menarik hutang berbasis riba lagi.
(3) Melakukan penataan ulang skala prioritas pembangunan dengan membatalkan IKN, tidak membayar bunga hutang, pemberantasan korupsi dan penghapusan judol dan pinjol.
(4) Membuka seluas-luasnya pintu amar maruf nahi munkar sehingga kritik dan koreksi terhadap penguasa oleh masyarakat tidak dianggap sesuatu yang tabu atau dianggap hal yang kriminal sehingga harus ada tindakan kriminalisasi terutama ke rakyat, aktivis, tokoh bahkan ulama yang ikhlas.
Agar sukses menangani masa lalu dan tidak tersandera, maka rezim baru harus menyadari:
Pertama, untuk politik dalam negeri, terapkanlah seluruh syariah Islam secara kaffah sebagai solusi atas akar berbagai masalah yang terjadi, mulai dari Pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan dan hukum. Solusi Islam adalah satu-satunya harapan di tengah kegagalan total kapitalisme dan komunisme.
Kedua, untuk politik luar negeri, pastikan dalam kerangka dakwah dan jihad. Ajak para pemimpin negara lain untuk menyatukan wilayah dan menjadikan Islam sebagai landasan dalam kehidupan sehingga menjadi negara adidaya baru yang akan mengalahkan Amerika. Bebaskan dengan jihad untuk negeri-negeri muslim yang tertindas dan terjajah, seperti Palestina, Rohingya, Uighur, dll. Sehingga jihad di jalan Allah SWT akan menjadi mercusuar yang ditakuti musuh-musuh Islam.
Ketiga, kita ingatkan doa dari Nabi SAW: “Ya Allah, barangsiapa yang diberikan amanah kekuasaan dia sayang kepada rakyat, maka mudahkanlah semua urusannya. Barangsiapa yang diberikan amanah kekuasaan dia bersikap bengis dan zhalim kepada rakyat, maka perberat urusannya. Aamiin.
Keempat, dengan ketiga hal diatas, mau harapan baru (new hope) yaitu politik harapan (politic of hope) akan dapat diraih. Tinggalkan politik ketakutan (politic of fear), yang bersifat gelap (dark politica). Adapun inti politik harapan adalah menjadikan Islam sebagai landasan bernegara yang memiliki kebaikan dan dalam ampunan Allah SWT (baldah thayyibah wa rabbun ghafur). Aamiin. Wallahu A’lam.